Strategi Bakar Uang (Burn Rate): Apa yang Harus Diketahui?

Membakar uang? Kedengarannya mengerikan, bukan? Tapi, dalam dunia startup yang penuh disrupsi, strategi bakar uang alias burn rate nyatanya menjadi perbincangan hangat.

Perusahaan rintisan, dengan visi dan misi yang ambisius, terkadang rela menggelontorkan dana besar untuk meraih pertumbuhan eksponensial.

Tapi, tunggu dulu! Strategi ini bisa membawa kemajuan pesat, namun juga berujung ke jurang kebangkrutan.

Nah, sebelum Anda, para pemilik bisnis pemberani, nekat terjun ke kolam strategi bakar uang, ada baiknya kita kupas tuntas seluk beluknya, yuk!

Strategi Bakar Uang (Burn Rate): Menyisihkan Dana untuk Pertumbuhan Eksponensial

Bakar uang (Burn rate) dalam dunia bisnis, khususnya startup, adalah istilah yang digunakan untuk mengukur kecepatan pengeluaran uang perusahaan dalam periode tertentu, biasanya dihitung per bulan.

Secara harfiah, burn rate bisa diartikan sebagai “tingkat pembakaran uang”.

Burn rate dihitung dari dana yang dikeluarkan perusahaan (biasanya berasal dari investor) sebelum perusahaan tersebut menghasilkan keuntungan.

Jadi, burn rate menunjukkan seberapa cepat uang kas perusahaan habis terpakai.

Para pemilik startup penting memahami burn rate untuk bisa memprediksi keberlangsungan hidup perusahaan.

Dengan mengetahui burn rate, startup bisa mengatur keuangan dengan lebih baik dan membuat rencana yang matang untuk mencapai profitabilitas.

Angka burn rate bisa dihitung dengan rumus:

Burn Rate = Pengeluaran Bulanan – Pemasukan Bulanan

Misalnya, startup Anda mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp100 juta per bulan, sementara pemasukannya baru mencapai Rp20 juta.

Maka, burn rate Anda adalah Rp80 juta per bulan. Artinya, startup Anda “membakar uang” sebesar Rp80 juta setiap bulannya.

Baca Juga: Mengelola Keuangan Bisnis: Tips dan Trik untuk Finansial

Alasan Perusahaan Melakukan “Bakar Uang”

Kenapa startup rela bakar uang? Ada beberapa alasan utama:

Akuisisi pengguna dalam skala besar:

Di era digital yang serba terhubung, meraup pengguna sebanyak-banyaknya menjadi kunci.

Startup rela menggelontorkan dana untuk promosi gencar, diskon menggiurkan, dan program referral menarik.

Dengan basis pengguna yang besar, startup berharap bisa membangun network effect, hingga pengguna baru tertarik bergabung karena platform sudah ramai digunakan.

Contoh: Grab menggelontorkan dana besar untuk subsidi ongkos kirim demi menarik pengguna dan bersaing dengan kompetitor.

Bahwasannya, perusahaan rintisan dan perusahaan mapan ini sama-sama melakukan “bakar uang” untuk akuisisi pengguna dalam skala besar dengan berbagai alasan, antara lain:

1. Pertumbuhan Cepat:

  • Mendapatkan banyak pengguna dengan cepat: Ini adalah strategi umum untuk platform online, seperti media sosial, e-commerce, dan aplikasi ride-hailing. Dengan lebih banyak pengguna, mereka dapat menarik lebih banyak pedagang, pengemudi, atau pembuat konten, yang pada gilirannya menarik lebih banyak pengguna, menciptakan efek jaringan yang kuat.
  • Menangkal pesaing: Dalam pasar yang kompetitif, perusahaan mungkin perlu “bakar uang” untuk menarik dan mempertahankan pengguna sebelum pesaing melakukannya. Hal ini penting untuk membangun pangsa pasar dan mencegah pesaing mendominasi pasar.

2. Memperoleh Keunggulan Kompetitif:

  • Mengakuisisi basis pengguna yang berharga: Pengguna yang sudah ada memiliki nilai karena mereka mewakili data berharga, kebiasaan, dan jaringan. Akuisisi basis pengguna yang mapan dapat memberi perusahaan keunggulan signifikan dalam hal pengenalan merek, loyalitas pelanggan, dan akses ke pasar baru.
  • Mendapatkan teknologi atau keahlian baru: Akuisisi perusahaan lain dapat memberi perusahaan akses ke teknologi, keahlian, atau talenta baru yang sulit atau memakan waktu untuk dikembangkan secara internal.

3. Memperluas Jangkauan Pasar:

  • Memasuki pasar baru: Akuisisi perusahaan lokal di pasar baru dapat membantu perusahaan dengan cepat membangun kehadiran dan memahami preferensi pelanggan lokal.
  • Menjangkau demografi baru: Akuisisi platform atau layanan yang menargetkan demografi pengguna tertentu dapat membantu perusahaan memperluas jangkauan pasarnya dan menarik basis pelanggan yang lebih luas.

4. Meningkatkan Nilai Perusahaan:

  • Meningkatkan pendapatan dan keuntungan: Dengan lebih banyak pengguna dan basis pelanggan yang lebih luas, perusahaan dapat meningkatkan pendapatan dan keuntungannya.
  • Menarik investor dan meningkatkan nilai saham: Pertumbuhan pengguna dan metrik keuangan yang kuat dapat menarik investor dan meningkatkan nilai saham perusahaan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa “bakar uang” bukan strategi yang berkelanjutan.

Perusahaan yang terus-menerus membelanjakan lebih banyak uang daripada yang mereka hasilkan pada akhirnya akan kehabisan dana.

Oleh karena itu, penting untuk memiliki rencana yang jelas untuk mencapai profitabilitas dan memastikan bahwa akuisisi pengguna menghasilkan nilai jangka panjang.

Berikut beberapa contoh perusahaan yang melakukan “bakar uang” untuk akuisisi pengguna:

  • Uber: Telah menghabiskan miliaran dolar untuk mensubsidi perjalanan dan menarik pengemudi dan pengguna di seluruh dunia.
  • Grab: Raksasa ride-hailing Asia Tenggara ini telah mengakuisisi beberapa pesaingnya untuk memperluas jangkauannya dan mendominasi pasar.
  • Gojek: Pesaing utama Grab di Indonesia ini juga telah melakukan akuisisi besar-besaran untuk memperluas jangkauan layanannya dan membangun ekosistem superapp.

Perlu diingat bahwa “bakar uang” bukan satu-satunya strategi untuk mencapai pertumbuhan.

Perusahaan juga dapat fokus pada pertumbuhan organik, seperti meningkatkan produk mereka, pemasaran yang efektif, dan membangun hubungan pelanggan yang kuat.

Membangun Brand Awareness:

Di pasar yang penuh sesak, mengenalkan brand menjadi tantangan tersendiri.

Strategi bakar uang bisa diwujudkan dengan kampanye marketing bombastis, spanduk raksasa di lokasi strategis, atau bahkan menjadi sponsor acara berskala nasional.

Dengan brand awareness yang tinggi, startup berharap konsumen akan dengan mudah mengenali dan mengingat mereka.

Berikut adalah beberapa contoh startup Indonesia dengan brand awareness yang tinggi:

  • Gojek: Platform ride-hailing dan layanan on-demand ini telah menjadi nama yang household di Indonesia.
  • Tokopedia: Marketplace e-commerce ini adalah salah satu platform belanja online terbesar di Indonesia.
  • Ovo: Platform pembayaran digital ini menawarkan berbagai layanan seperti transfer uang, pembayaran tagihan, dan top-up pulsa.
  • Traveloka: Platform pemesanan perjalanan online ini menawarkan berbagai layanan seperti pemesanan tiket pesawat, hotel, dan paket wisata.
  • Lazada: Marketplace e-commerce ini adalah salah satu pesaing utama Tokopedia di Indonesia.

Startup-startup ini telah berhasil membangun brand awareness yang tinggi melalui berbagai strategi, seperti iklan, sponsorship, dan partisipasi dalam acara-acara publik.

Brand awareness yang tinggi telah membantu mereka untuk menarik pelanggan, meningkatkan penjualan, dan mencapai kesuksesan.

Menarik Investasi:

Investor umumnya tertarik dengan startup yang menunjukkan pertumbuhan pesat.

Strategi bakar uang yang berdampak pada lonjakan pengguna atau brand awareness yang tinggi bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi para pemodal.

Dengan suntikan dana segar, startup bisa mengembangkan produk, layanan, dan tim untuk meraih pertumbuhan yang berkelanjutan.

Berikut adalah beberapa contoh startup e-commerce Indonesia yang telah meraih pendanaan jumbo dan menggunakan strategi bakar uang:

  • Shopee: Startup e-commerce ini telah menjadi salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia dan telah menerima pendanaan miliaran dolar dari investor. Sea Ltd, pemilik e-commerce platform belanja online Shopee, sedang mencari dana segar sebesar US$6,3 miliar melalui saham dan penjualan obligasi konversi untuk meningkatkan modal di Asia Tenggara. Perusahaan ini berhasil mengumpulkan dana sebesar $185 miliar dalam upaya penggalangan dana terbesar kedua dalam satu tahun, dengan fokus untuk berekspansi secara global dengan menjajaki peluang pasar baru, terutama di kawasan Asia Tenggara. Shopee dikenal dengan program diskon dan promosinya yang gencar.
  • Tokopedia: Platform e-commerce ini juga telah menerima pendanaan miliaran dolar dari investor. Kemudian, East Ventures inilah yang menjadi modal ventura yang fokus berinvestasi di startup Indonesia. East Ventures baru-baru ini menutup pendanaan sekitar US$550 juta. Mereka berencana mengalokasikan sekitar US$150 juta untuk investasi tahap awal dan US$400 juta untuk investasi tahap pertumbuhan. Para pendiri startup harus mempertimbangkan investor yang bekerja sama dengan mereka, karena mereka tidak hanya menyediakan modal, tetapi juga jaringan yang berharga. East Ventures adalah investor pertama di perusahaan-perusahaan sukses seperti Tokopedia dan Traveloka. Dan terkenal dengan program diskon dan promosinya yang menarik.
  • Lazada: Marketplace e-commerce ini adalah salah satu pesaing utama Shopee dan Tokopedia di Indonesia dan juga telah menerima pendanaan yang signifikan dari investor. Lazada juga menggunakan strategi bakar uang untuk menarik pengguna. TikTok, Shopee, dan Lazada dilaporkan terus menggunakan strategi ini untuk meningkatkan penjualan. Meskipun ada potensi risiko terhadap keuntungan, strategi ini masih disukai, karena harga yang kompetitif tetap menjadi daya tarik utama di pasar online. Nah, Alibaba Group telah menginvestasikan $ 378,5 juta di Lazada, sebuah platform e-commerce Asia Tenggara yang beroperasi di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Perlu dicatat bahwa tidak semua startup e-commerce yang menggunakan strategi bakar uang berhasil mencapai kesuksesan.

Beberapa startup e-commerce yang menerapkan strategi ini bangkrut atau diakuisisi oleh perusahaan lain.

Sebagai kesimpulan, strategi bakar uang dapat menjadi alat yang efektif untuk mendorong pertumbuhan pengguna dalam jangka pendek, namun penting bagi startup e-commerce untuk memiliki strategi yang jelas untuk keluar dari strategi ini dan mencapai profitabilitas dalam jangka panjang.

Menarik Investasi

Strategi Jitu, Bukan Jebakan! Membakar Uang dengan Efektif

Strategi bakar uang bukanlah jalan pintas menuju kesuksesan. Jika tidak dikelola dengan cermat, bisa-bisa startup Anda justru terbakar dalam arti yang sebenarnya bangkrut!

Nah, agar strategi bakar uang efektif, simak dulu tips jitunya:

  • Tetapkan target yang jelas: Jangan asal bakar uang! Sebelum menggelontorkan dana besar, tentukan target yang ingin dicapai. Apakah ingin meraih 1 juta pengguna baru? Menaikkan brand awareness hingga 20%? Dengan target yang jelas, Anda bisa mengukur efektivitas strategi bakar uang dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
  • Hitung burn rate secara berkala: Pantau burn rate Anda secara berkala, misalnya setiap bulan. Dengan mengetahui tren burn rate, Anda bisa memprediksi ketahanan kas perusahaan dan mengambil langkah antisipasi jika burn rate terus meningkat tanpa diikuti dengan peningkatan pendapatan.
  • Fokus pada unit economics: Unit economics adalah metrik yang menunjukkan profitabilitas per unit bisnis. Dalam strategi bakar uang, fokuslah pada bagaimana bakar uang Anda bisa menghasilkan profit di masa depan. Misalnya, diskon besar yang diberikan saat ini bisa menjaring pengguna setia yang loyal dan menghasilkan pemasukan stabil di kemudian hari.
  • Efisiensi adalah raja: Meski bakar uang menjadi strategi yang dipilih, bukan berarti Anda bisa boros. Lakukan evaluasi berkala terhadap pengeluaran perusahaan. Pangkas biaya yang tidak perlu dan optimalkan alokasi dana untuk program-program yang berdampak signifikan

Waspada Jebakan Batman! Strategi Bakar Uang yang Bisa Menghancurkan Startup Anda

Membakar uang memang bisa memicu pertumbuhan. Namun, perlu diingat bahwa strategi ini penuh risiko dan butuh keseimbangan. Salah melangkah, startup Anda bisa terpuruk.

Mari kita lihat jebakan-jebakan yang harus diwaspadai dalam menerapkan strategi bakar uang:

  • Fokus semata-mata pada quantity, lupakan quality: Dalam upaya mengejar jumlah pengguna yang fantastis, jangan abaikan kualitas produk atau layanan. Pengguna yang didapatkan melalui iming-iming diskon besar atau promo bombastis mungkin hanya tertarik dengan keuntungan sesaat. Mereka bisa dengan mudah berpaling ke kompetitor jika produk atau layanan Anda tidak memberikan nilai tambah yang nyata.
  • Terlena dengan vanity metrics: Jangan terlena dengan metrik yang “indah” di permukaan, seperti jumlah follower di media sosial atau angka download aplikasi yang tinggi. Fokuslah pada metrik yang lebih substansial, seperti lifetime value (nilai pelanggan seumur hidup) dan customer acquisition cost (biaya akuisisi pelanggan). Metrik ini memberikan gambaran yang lebih akurat tentang profitabilitas jangka panjang startup Anda.
  • Kehabisan bensin di tengah jalan: Strategi bakar uang harus dibarengi dengan rencana monetisasi yang matang. Jika Anda terus “membakar uang” tanpa ada pemasukan yang signifikan, lama-lama kas perusahaan akan kering. Tanpa suntikan dana segar, startup Anda bisa mati sebelum berkembang. Ingat pepatah bijak: Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Strategi bakar uang yang efektif harus diikuti dengan rencana menghasilkan uang secara berkelanjutan.
  • Menjadi pecandu diskon: Menerapkan diskon besar-besaran secara terus-menerus bisa berdampak negatif pada profit margin perusahaan. Pelanggan terbiasa mengharapkan harga miring, sehingga sulit untuk menaikkan harga ke level yang sebenarnya menguntungkan. Selain itu, citra brand Anda bisa melekat dengan image “perusahaan diskonan” yang justru menurunkan value proposition.
  • Mengabaikan pesaing yang “hemat”: Jangan terpaku pada persaingan bakar uang dengan kompetitor. Fokuslah pada membangun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Bisa jadi, kompetitor Anda justru menerapkan strategi yang lebih lean (hemat) dan sustainable (berkelanjutan) dalam jangka panjang. Strategi bakar uang yang efektif adalah yang bisa membawa startup Anda menuju profitabilitas, bukan sekadar memenangkan “perang diskon” sesaat.

Strategi Exit: Menuju Pelabuhan Sukses – IPO atau Diakuisisi?

Setelah menerapkan strategi bakar uang, harapannya tentu saja startup Anda mencapai kesuksesan.

Tapi, bagaimana caranya “cash out” dan meraih keuntungan bagi para pemilik dan investor? Ada dua jalur utama yang bisa ditempuh:

1. Initial Public Offering (IPO):

IPO adalah proses dimana perusahaan swasta “go public” – melepas kepemilikan sebagian sahamnya kepada publik melalui Bursa Efek.

Dengan IPO, startup bisa mendapatkan dana segar yang sangat besar.

Dana ini bisa digunakan untuk ekspansi bisnis, pengembangan produk, atau akuisisi perusahaan lain. Beberapa contoh startup Indonesia yang sukses IPO antara lain:

  • Gojek: Raksasa ride-hailing Indonesia ini melakukan IPO pada tahun 2020 dan menjadi salah satu startup dengan valuasi tertinggi di Asia Tenggara. Kemudian, GOTO atau PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi emiten yang meraup dana hasil IPO terbesar di bursa yakni mencapai Rp 13,73 triliun. GOTO resmi mendapat dana sebesar Rp 15,8 triliun dari keputusan perusahaan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah ini menjadikan IPO GOTO sebagai penawaran umum perdana saham terbesar ketiga di Asia, dan kelima di dunia sepanjang sejak awal 2022.

Namun, IPO bukanlah jalan tol menuju kesuksesan. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi:

  • Proses yang panjang dan rumit: Proses IPO membutuhkan waktu yang lama dan melibatkan banyak pihak, seperti regulator, underwriter, dan auditor. Startup harus memenuhi berbagai persyaratan yang ketat terkait dengan keuangan, legal, dan tata kelola perusahaan.
  • Tekanan dari publik: Setelah IPO, perusahaan menjadi accountable kepada publik. Harga saham akan terus di bawah pengawasan investor. Startup harus bisa menunjukkan kinerja keuangan yang baik secara konsisten untuk menjaga kepercayaan investor.

2. Akuisisi:

Startup yang sukses dan memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi bisa menjadi target akuisisi oleh perusahaan besar.

Akuisisi bisa menjadi exit strategy yang menarik karena memberikan keuntungan yang instan bagi para pemilik dan investor.

Startup yang diakuisisi biasanya memiliki teknologi inovatif, basis pengguna yang loyal, atau model bisnis yang unik. Beberapa contoh startup Indonesia yang sukses diakuisisi:

  • Berrybenka: Platform fashion e-commerce ini diakuisisi oleh Rakuten, perusahaan e-commerce asal Jepang, pada tahun 2016.
  • Zalora Indonesia: Raksasa fashion e-commerce ini diakuisisi oleh Groupe SEB, perusahaan peralatan rumah tangga asal Perancis, pada tahun 2022.

Keputusan untuk IPO atau diakuisisi harus diambil berdasarkan pertimbangan yang matang.

Pertimbangkan faktor-faktor seperti visi jangka panjang perusahaan, struktur kepemilikan, dan kondisi pasar modal saat itu.

Selain IPO dan akuisisi, ada beberapa exit strategy lain yang bisa dipertimbangkan, seperti merger (penggabungan usaha) dan secondary buyout (penjualan saham kepada investor swasta).

Namun, IPO dan akuisisi umumnya menjadi pilihan utama karena berpotensi memberikan keuntungan yang lebih besar bagi para pemilik dan investor.

IPO atau Diakuisisi

Intinya, dunia startup memang penuh dengan lika-liku. Strategi bakar uang, meski menjanjikan pertumbuhan eksponensial, juga membawa risiko yang tak bisa dianggap enteng. 

1. Apakah semua startup harus menerapkan strategi bakar uang?

Tidak! Strategi bakar uang lebih cocok untuk startup yang bergerak di sektor high-growth (pertumbuhan tinggi), seperti platform e-commerce, ride-hailing, atau social media. Untuk startup yang fokus pada profitabilitas jangka pendek, strategi lean (hemat) dan bootstrapping (bermodal sendiri) mungkin lebih tepat.

2. Bagaimana cara mengetahui kapan harus berhenti bakar uang?

Ada beberapa indikator yang bisa dijadikan acuan:
Jika burn rate terus meningkat tanpa diikuti dengan peningkatan pendapatan yang signifikan.
Jika metrik customer acquisition cost (biaya akuisisi pelanggan) terlalu tinggi.
Jika customer lifetime value (nilai pelanggan seumur hidup) tidak bisa menutup biaya akuisisi pelanggan.
Jika investor mulai ragu-ragu dengan rencana monetisasi startup Anda.

3. Adakah alternatif selain bakar uang untuk meningkatkan brand awareness?

Tentu saja! Strategi pemasaran organik seperti content marketing, social media marketing, dan search engine optimization (SEO) bisa menjadi alternatif yang lebih hemat biaya. Strategi ini membutuhkan waktu dan effort (usaha) yang lebih besar, namun bisa lebih sustainable (berkelanjutan) dalam jangka panjang.

4. Apa yang harus dilakukan jika startup saya kehabisan bensin di tengah jalan?

Segera lakukan pivot (perubahan strategi)! Identifikasi apa yang tidak berfungsi dalam strategi bakar uang Anda dan lakukan penyesuaian. Pangkas pengeluaran yang tidak perlu dan fokus pada aktivitas yang berdampak langsung terhadap pertumbuhan pengguna atau pendapatan. Jika perlu, downsize (pengurangan karyawan) bisa menjadi opsi terakhir yang berat namun perlu dipertimbangkan.

5. Bagaimana cara agar investor yakin dengan exit strategy startup saya?

Tunjukkan kepada investor rencana monetisasi yang realistis dan kredibel. Hitung burn rate Anda secara cermat dan jelaskan bagaimana Anda berencana mencapai profitabilitas. Selain itu, highlight (tekankan) keunggulan kompetitif startup Anda dan potensi pertumbuhan jangka panjang.
Strategi bakar uang adalah pedang bermata dua. Di tangan yang tepat, strategi ini bisa menjadi bahan bakar roket yang melesatkan startup menuju kesuksesan. Namun, ketidak hati-hatian dalam pengelolaannya bisa berujung pada kehancuran. Jadi, para pemilik bisnis pemberani, timbang dengan cermat risiko dan reward sebelum memutuskan untuk menerapkan strategi ini. Jangan lupa, inovasi, efisiensi, dan perencanaan matang adalah kunci utama menuju pelabuhan sukses di dunia startup yang penuh tantangan!

Safira Haddad, Penulis Konten Profesional yang berpengalaman 2+ tahun dalam dunia kepenulisan dan berdedikasi di Upgraded.id. Kemampuan utama, SEO dan Content Writing.

You might also like